Selasa, 14 Juni 2016

Bunda Tika, Senang Tapi Galau

Pada tahun 2010, saya dan suami menikah. Kemudian kami memutuskan tinggal di Jakarta. Seperti layaknya pasangan muda yang baru menikah, kami juga menjalankan ritual honeymoon.

Destinasi pilihan honeymoon kami yaitu Bali. Harapan kami pulang honeymoon kami segera mendapat momongan.

Namun, harapan tinggalah harapan, hari berganti hari, bulan berganti bulan hingga 3 bulan berlalu tetap belum ada tanda-tanda saya hamil

Sehingga kami konsul ke dsog. Menurut dokter semuanya normal. Dokter hanya menyarankan kami bersabar, karena kami masih dianggap penganten baru. Masih ada diluar sana yang nunggu sampe 10 tahun. What!! Maksud lo?? Trus masak kami disuruh sabar nunggu sampe 10 tahun? Ogah juga kali dok!!!

Singkat cerita kami mendapat info dokter kandungan yang bagus dan sudah senior di bandung. Info itu kami dapat dari temen suami dan kakaknya kakak ipar #nah loh. Menurutnya banyak yang berhasil promil disitu.

Mengingat waktu itu kami sering bolak balik Jakarta - Bandung, jadi pikir kami nggak ada salahnya sekalian kesana.

Nyampe ditempat praktek sore. Namun ternyata antriannya puanjaaaangggg dan lamaaaaaa. Akhirnya setelah duduk nunggu antrian mulai sore dengan berbagai gaya, kalo diitung ada kali 1001 gaya, nama saya dipanggil tepat jam 12 malam. Teng!! Iya teng nggak lebih nggak kurang.

Didalam ruang praktek kami ditanya dan menanyakan segala macam keluhan kami, saya juga di usg. Setelah selesai kami diresepkan obat, dan dijadwalkan untuk kunjungan kontrol berikutnya.

Singkat cerita, pada bulan Februari 2011, saya iseng-iseng melakukan testpack. Hasilnya sungguh membuat takjub, amazing, campur aduk senangnya. Iya, Alhamdulillah testpack menunjukkan hasil positif. Saya sampai terharu melihat hasil testpack saya.

Namun sayang, kebahagiaan kami hanya berjalan sebentar karena Allah berkehendak lain. Saya ternyata hamil di luar kandungan. Sedihnya lagi karena sudah terjadi pendarahan didalam sehingga indung telur saya harus diangkat satu.

Kemudian, kami coba konsultasi dengan dokter kandungan yang menangani saya waktu operasi. Disitu beliau menyarankan saya untuk melakukan bayi tabung saja, jika ingin hamil.

Mendengar saran tersebut rasanya sedih, bingung dan kecewa. Merasa kurang sreg dengan saran dokter tersebut, membuat saya kembali ke dokter saya sebelumnya.

Disitu saya memulai program hamil lagi. Pada tahun 2012, kami memutuskan liburan bersama keluarga kakak ipar. Pemilihan tanggal pun kami pas-pas in dengan tanggal pernikahan kami...hihihi...

Nggak lama setelah pulang dari berlibur, saya iseng-iseng testpack. Allahu Akbar hasilnya positif lagi.

Alhamdulillah, untuk kehamilan kali ini berjalan lancar, meskipun tak dipungkiri saya juga mengalami keluhan ibu-ibu hamil pada umumnya

Akhirnya, pada bulan Februari tahun 2013, tibalah saat yang kami nanti-nanti. Melalui proses persalinan operasi SC, lahirlah putri pertama kami yang kami beri nama Alisha Husna Althafunnisa, yang akrab dipanggil Cadut atau Caca ^_^

Setelah nifas saya memutuskan KB suntik, namun karena saya merasa tidak nyaman dan ada semacam pikiran takut akan lama lagi jika ingin hamil, sehingga saya memutuskan untuk tidak melanjutkan KB suntik saya.

Toh saya pikir Caca juga cuma minum ASI saja, sehingga tamu bulanan saya tak kunjung datang. Jadi saya merasa amaaaaannnn...

Setelah Caca mulai MPASI, banyak saat-saat yang menguras emosi saya. Yang bikin saya sebel dan gemes adalah karena Caca termasuk yang susah makan. Setiap acara disuapin, kalo nggak mau, dia langsung tidur >_<

Pada pertengahn 2013 saya mulai galau, karena saya dan suami harus meninggalkan Caca  untuk menunaikan rukun Islam ke 5. Yang paling membuat saya galau karena Caca maunya hanya minum ASI dari gentongnya langsung.

Beberapa macam dot dan susu formula sudah kami beli, hingga pernah kami memutuskan meninggalkan Caca dua kali dengan mama saya di Semarang  hanya demi latihan minum susu formula menggunakan dot

Dan ketika tiba waktunya, perasaan campur aduk sedih harus meninggalkan Caca sementara. Saat itu caca baru berusia 8 bulan.

Ternyata saat meninggalkan caca ke Tanah Suci tidak seperti ketakutan yang saya bayangkan. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar.

Kemudian pada tahun 2014, kami memutuskan berlibur ke Bali bersama Caca. Yeiii it's the first time Caca naik pesawat \(^_^)/
Sungguh pengalaman heboh yang tak terkira, karena didalam pesawat Caca tebar-tebar pesona. Tidak ada yang namanya rewel sedikitpun. Sehingga membuat para penumpang banyak yang menggoda Caca.

Sepulang dari Bali, saya mencoba iseng-iseng testpack lagi. Dan taraaaaaa hasilnya positif...*_*

Antara senang karena dapat rejeki yang tak terduga, tapi galau juga mengingat Caca masih terlalu unyu usianya saay itu. Namun semua tetap harus disyukuri.

Selama hamil adiknya Caca, Caca benar-benar menguji kesabaran saya. Apalagi badan saya bawaannya nggak enak terus. Sehingga beberapa kali saya memutuskan untuk "memesantrenkan" Caca di semarang dulu.

Kemudian pada bulan September tahun 2014 lahirlah putri ke 2 kami, dengan nama Najwa Nurul Azalea.

Reaksi Caca pertama kepada sang adik, sungguh diluar dugaan. Begitu melihat box bayi adiknya, Caca langsung menangis sejadi-jadinya, sambil menggebrak-gebrak box bayi tersebut.

Merasa sedih, sepulang dari RS saya mengambil langkah mengenalkan Caca dengan adiknya. Ternyata Caca makin nggak suka, adiknya sempat mau diterkam.

Berkali-kali Caca menunjukkan rasa cemburunya. Atung dan Utinya dilarang dekat-dekat adik bayinya. Tiap melihat Atung atau Utinya menggendong adiknya, Caca langsung nangis teriak histeris, atau kadang nangus bercucuran air mata dipojokan sembari memasang wajah sakit hati.

Caca juga bisa menangis tiba-tiba, setiap melihat orang-orang yang asyik dengan adiknya. Semuanya jadi serba salah. Setiap kemauan Caca yang diturutin salah, nggak diturutin makin salah.

Kami pun perlu waspada terhadap Caca, karena terkadang Caca berusaha mencolok mata adiknya (Najwa), pernah juga mencubit, atau bahkan menggelundungkan adiknya dari kasur.

Tapi kami terus berusaha memberi pengertian kepada Caca untuk sayang kepada adiknya.

Hingga 1,5 bulan berlalu Alhamdulillah kecemburuan Caca mulai berkurang. Caca mulai menunjukkan sikap sayang dan peduli dengan Najwa.

Caca mulai hobi cium-cium Najwa, suka manggil manja "adeeeeekkk", dan setiap mendengar adiknya menangis langsung buru-buru lari mendekati adiknya dikasur sambil bilang cup-cup, sekalipun saat itu sebenarnya dia sedang asyik dengan mainannya.

Yang semakin bikin kami bahagia dan bangga adalah Caca benar-benar ngerti apa saja yang dibutuhkan adiknya saat pup. Mulai diambilin pampers, tisu basah, minyak telon, celana, dll. Semuanya ditaruh dikasur, dan Caca nungguin.

Awalnya saya kira Caca mau lihat adiknya dibersihkan, ternyata saya salah. Setelah saya lipat dan taruh pampers kosong Najwa, oleh Caca pampers tersebut langsung diambil dan dibuang ke sampah.

Sehingga saya selalu berusaha nggak lupa untuk mengucapkan "makasih teteh"
Alhamdulillah, Caca mulai paham keadaan. Meskipun kami nggak ada art/nanny, Caca nggak terlalu bikin riweh.

Pada Februari 2015 yang lalu usia Caca genap 2 tahun. Sudah tidak ada lagi keusilan Caca yang ekstrim.

Saya selalu berdoa, Semoga mereka berdua bisa hidup rukun, saling menyayangi dan mengasihi. Keduanya menjadi anak shalehah, dan kebanggan keluarga serta hidup dlm keberkahan Allah SWT. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar